Adapun takbir, ia adalah ibadah yang disyariatkan ketika telah menyempurnakan hitungan puasa, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Dan hendaklah kalian menyempurnakan bilangan (puasa) dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian supaya kalian bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Jadi, ibadah ini (takbir) disyariatkan saat menyempurnakan hitungan puasa, yaitu setelah matahari terbenam pada malam Idul Fitri.
Setelah matahari terbenam di malam Idul Fitri, disyariatkan untuk bertakbir.
Adapun lafaz takbir yang diriwayatkan dari para sahabat adalah sebagai berikut:
ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR
(Allah Maha Besar, Allah Maha Besar).
LAA ILAAHA ILLALLAAH ALLAAHU AKBAR
(Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Allah Maha Besar).
WALIL-LAAHIL-HAMD
(dan hanya bagi-Nya segala pujian).
Inilah yang diriwayatkan dari pada Sahabat radhiyallāhu ʿanhum, bahwa para Sahabat mengucapkannya pada malam Idul Fitri dan pada hari Idul Fitri sebelum Shalat Id hingga waktu shalat tiba.
Maka, Anda disyariatkan untuk bertakbir dengan mengeraskan suara saat bertakbir. Sementara para wanita bertakbir dengan suara pelan.
====
وَأَمَّا التَّكْبِيرُ فَهِيَ عِبَادَةٌ تُشْرَعُ عِنْدَ إِتْمَامِ عِدَّةِ الصِّيَامِ كَمَا قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
فَالْعِبَادَةُ تُشْرَعُ فِي إِتْمَامِ عِدَّةِ الصِّيَامِ بَعْدَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ مِنْ لَيلَةِ الْعِيدِ
بَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ مِنْ لَيلَةِ الْعِيدِ يُشْرَعُ التَّكْبِيرُ
وَصِفَةُ التَّكْبِيرِ فِي الْمَأْثُورِ عَنِ الصَحَابَةِ أَنْ تَقُولَ:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ
وَلِلهِ الْحَمْدُ
هَذَا هُوَ الَّذِي أُثِرَ عَنِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهَ عَنْهُمْ أَنَّهُمْ يَقُولُونَهُ فِي لَيلَةِ الْعِيدِ وَيَوْمَ الْعِيدِ قَبْلَ الصَّلَاةِ إِلَى وَقْتِ الصَّلَاةِ
فَيُشْرَعُ لَكَ أَنْ تُكَبِّرَ وَأَنْ تَرْفَعَ صَوْتَكَ بِالتَّكْبِيرِ وَالنِّسَاءُ يُكَبِّرْنَ سِرًّا